RinaDewi's Blog

img_1353

Contoh resident card di Jepang

Sebagai sebuah keluarga yang (harus) pindah dan tinggal di luar negeri karena bersekolah dengan beasiswa pemerintah, saya dan suami otomatis harus sangat hemat dan cermat dalam merencanakan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan kami di perantauan. Termasuk keputusan saya dan puteri saya untuk langsung mengikuti suami pindah ke Jepang (dengan biaya sendiri yang seadanya).

Saya berangkat dari tanah air dengan menggunakan visa tourist 90 hari, bisa dilihat di link berikut:
http://www.id.emb-japan.go.jp/visa_7.html
dari tanggal kedatangan kita di Jepang. Sedangkan pak suami yang sudah otomatis terdaftar (begitu dinyatakan lolos tes di kampus tujuan dan lolos tes beasiswa) di Kindai langsung mendapatkan CoE dan bisa mengajukan visa khusus/student (resident) visa selama 3 tahun 3 bulan di kedutaan Jepang di Jakarta bisa dilihat di link berikut:
http://www.id.emb-japan.go.jp/visa_4.html

Read the rest of this entry »

img_0048

Dalam perjalanan saya ke San Francisco sekitar 7 tahun yang lalu, saya berkesempatan menikmati Negeri matahari terbit selama 12 jam ketika transit di bandara Narita Tokyo. Walau hanya bisa menikmati pemandangan dan kekhasan budayanya dari dalam bandara saja, namun seketika juga saya merasa jatuh cinta pada negeri sakura, dalam hati saya berharap agar kelak bisa mengunjungi kembali negara ini dan tinggal lebih lama.

Rupanya Allah yang maha pemurah mengabulkan doa saya di saat yang tepat, siapa sangka 7 tahun kemudian saya berkesempatan untuk kembali mengunjungi negeri sakura nan cantik itu. Kali ini insyaallah selama 3-4 tahun untuk menemani suami yang mengambil program PhD di kampus Kindai di Perfektur Ishikawa ☺️

Ada yang berbeda juga dalam perjalanan ke Jepang kali ini, karena saya dan suami turut membawa serta puteri semata wayang kami yang masih berusia 2.5 tahun.
Meskipun ini bukanlah perjalanan udara yang pertama bagi puteri kami, namun ini adalah penerbangan dengan durasi terpanjang yg belum pernah ia alami sebelumnya. Deg-degan kah? Khawatirkah? Pastinya kami deg-degan dan khawatir. Takut kalau nanti ia akan kelelahan, bosan atau yang lebih parah tantrum di dalam pesawat.

Nah kali ini saya ingin berbagi pengalaman mengenai persiapan traveling bersama si kecil menggunakan pesawat dengan durasi lebih dari 6 jam. Kira-kira apa saja yang perlu dipersiapkan?

Ketika traveling bersama anak, baik untuk berwisata maupun tinggal lebih lama, bisa dipastikan bahwa para orang tua akan membawa koper dan cabin luggage lebih banyak dibandingkan jika traveling tanpa mengajak si buah hati.
Saya dan suami membawa empat buah koper ukuran Large masing-masing seberat 22 kg (di bagasi), satu backpack di masing-masing punggung, satu buah cabin luggage yaitu koper ukuran small (berat dibawah 5 kg) yang berisikan semua kebutuhan puteri kami, dan juga tidak ketinggalan satu stroller lipat. Repot? Insyaallah tidak 😄 karena kami sudah me-manage agar perjalanan ini bisa kami lalui seringkas mungkin walau bawaan kami bejibun hehehe.
Yang paling penting yang sangat kami perhatikan adalah luggages yang akan kami bawa ke cabin pesawat.
Jika dibuatkan list, isinya kurang lebih sebagai berikut:

*Backpack saya:
– pakaian dalam disposable.
– blouse bersih untuk pakaian ganti.
– kerudung bersih untuk cadangan.
– toiletries.
– powerbank untuk charg gadgets.
– dokumen penting (harap dimasukan kedalam pocket terpisah untuk memudahkan saat mengambilnya).

*Backpack suami kurang lebih isinya sama seperti backpack saya.

*Cabin Luggage (Koper ukuran Small):
– pakaian anak yang bersih untuk ganti.
– kaos kaki anak yang bersih untuk ganti.
– Jacket anak.
– diapers.
– obat-obatan anak (jika ada yang bentuknya cairan harap dimasukan ke dalam ziplock bag dan isinya dibawah 100ml).
– mainan, seperti boneka, kertas sticker.
– busy book, story books.
– Cookies.

Ternyata dengan memfokuskan perjalanan pada kenyamanan si kecil kita bisa meminimalisir kemungkinannya untuk “cranky” loh. Puteri saya terlihat cukup menikmati perjalanannya. Dua jam pertama di dalam pesawat dihabiskannya dengan makan cemilan (jangan biarkan perutnya kosong karena bisa memicu kerewelan) dan memakan menu yang diberikan pramugari, membaca buku, bercerita bersama dan mengutak-atik busy bag. Ketika ia mulai merasa bosan saya pun menawarkan untuk menonton video Disney yang diputar melalui monitor di kursi pesawat 😄
Tidak lama setelah itu rasa kantuknya mulai datang, dan saya tidurkan ia dengan posisi terlentang di kursi pesawat, longgarkan juga seat beltnya agar ia merasa nyaman.
Jangan khawatir akan tempat yang sempit, dalam penerbangan internasional biasanya maskapai penerbangan akan memberikan kursi di bagian depan untuk penumpang yang membawa bayi atau balita, jadi posisi duduk kita bisa lebih nyaman dan leluasa. Kita juga bisa meminta bassinet (box bayi) jika membawa anak dibawah 18 bulan.
Oh yah, jangan lupa pilihlah maskapai penerbangan yang sudah masuk kedalam list Skytrack karena bisa dijadikan patokan untuk ukuran kenyamanan dan keramahan awak kabinnya 😊
Saya sekeluarga memilih untuk menggunakan All Nippon Airways (ANA) dan merasa sangat puas untuk pelayanannya.

Keesokan paginya, sekitar pukul 05.00 waktu setempat, atau setelah menempuh enam jam perjalanan, kami pun mendarat di bandara Haneda Tokyo dengan nyaman dan selamat tanpa drama anak yang cranky atau tantrum 😊

img_0049

Dan setelah turun dari pesawat jangan lupa ajak anak ke toilet untuk buang air kecil, mencuci muka, dan juga berganti pakaian. Meskipun pakaiannya masih bersih, tapi dengan mengganti pakaiannya anak akan merasa lebih segar karena tanpa disadarinya kita seolah melakukan hal yang biasa ia lakukan ketika pagi hari bangun di rumah, yaitu mandi dan berganti pakaian.

Kira-kira begitulah hal-hal yang saya dan suami lakukan ketika kami membawa serta puteri kami dalam perjalanan kali ini.
Bisa dipastikan fokus kami adalah kenyamanannya, meskipun barang bawaan jadi berdouble-double tapi worthy banget karena terbukti puteri kami dapat menikmati perjalanan pertamanya ke negeri sakura ini 😄

Sudah sejak beberapa bulan yang lalu pak suami selalu mengajak refreshing dan menginap di luar kota sampai akhirnya seminggu ini ia memutuskan untuk mengambil cuti dari kantornya dan langsung mengajak liburan keluar kota! Sayangnya ajakan ini tidak langsung saya “iyakan” karena berbagai pertimbangan ala emak-emak😛 mengingat liburan kami ke Bali tahun lalu yang tidak terlalu optimal karena anak tiba-tiba sakit saat itu😦

Setelah berdiskusi selama beberapa saat akhirnya kami memutuskan untuk “staycation” saja di Hotel Padma Bandung, dan tak seberapa lama reservasi pun dilakukan. Kami menginap di Deluxe Balcony Pool View Room dengan rate 1.850k idr/night.

photogrid_1462171036134 Read the rest of this entry »

dsc_0499

Maria Montessori menemukan bahwa anak-anak sangat senang ketika permainan mereka membangun keterampilan hidup awal, dan sangat gembira ketika diberi peralatan dan kebebasan untuk mengurus diri mereka sendiri. Dari sini Montessori kemudian merancang kegiatan “bermain” khusus yang memberikan pengalaman hidup yang nyata untuk membantu anak-anak menjadi seorang dewasa yang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dengan baik. Kegiatan “bermain” tersebut kemudian dikenal dengan Practical Life Activities atau Latihan Keterampilan Hidup.

Kegiatan yang tampak biasa dan sederhana bagi orang dewasa, seperti membersihkan diri sendiri (mencuci tangan, meyikat gigi), menetukan pakaian yang akan dipakai, memakai baju dan celana, memakai sepatu, menuang air ke gelas, membersihkan ruangan, menyiapkan peralatan makan, makan dengan menggunakan sendok/sumpit,  memasak (mulai dari persiapan mencuci bahan-bahannya, memotong, mengayak sampai mengaduknya di panic/kuali) merupakan kegiatan yang sangat menarik bagi anak-anak. Anak juga diam-diam memperhatikan cara orang dewasa berinteraksi dengan dengan orang lain, cara bicara, pilihan kata, ekspresi, dan intonasi, cara mengindikasi kesulitan orang lain dan bersikap membantunya. Anak juga mempelajari sikap dan cara orang dewasa memperlakukan lingkungan sekitarnya. Seperti meletakan kembali barang yang diambil ke tempat semula, menyayangi dan memelihara tanaman dan binatang, dan membuang sampah pada tempatnya.

Read the rest of this entry »

Maria Montessori dilahirkan di kota Chiaravalle, propinsi Ancona, Italia pada tanggal 31 Agustus 1870. Pada tahun 1896 ia memperoleh gelar Dokter Medik, dan merupakan wanita pertama di Italia yang memperoleh gelar tersebut. Selepas lulus dari sekolah kedokteran, Maria Montessori ditunjuk sebagai asisten dokter di klinik psikiatrik University of Rome. Di klinik tersebut, ia bekerja dengan anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental dan kemudian menjadi sangat tertarik dengan pendidikan mereka.

Montessori mengamati sekelompok anak-anak terbelakang mental yang berada di dalam suatu ruangan yang kosong, tidak ada perabotan apapun untuk digunakan. Setelah waktu makan, anak-anak tersebut mencari remah-remah dilantai dengan menggunakan tangan. Montessori menilai perilaku tersebut sebagai usaha alamiah untuk mengamati atau mempelajari lingkungan sekitarnya dengan menggunakan tangan (indra peraba). Gagasan bahwa arah perkembangan intelektual yang dipandu dengan menggunakan tangan merupakan tema utama dari metode Montessori.

Dengan menggunakan metode yang dikembangkannya, Montessori berhasil mengajar membaca sejumlah anak dengan keterbelakangan mental. Selanjutnya, ia mendirikan sekolah bagi anak-anak normal karena ia neyakini bahwa apabila metode yang dikembangkannya dapat memberikan hasil yang menakjubkan pada anak-anak terbelakang mental, maka metode yang sama dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan anak-anak normal. Hal tersebut pada akhirnya terbukti dan di awal tahun1920-an Montessori ditunjuk sebagai pengawas pemerintah di sekolah-sekolah di Italia.

Pada saat menyusun filosofi dan metode pendidikannya di awal abad 20, Montessori meyakini bahwa anak harus menjadi pusat dari proses pendidikan, suatu proses yang kini kita kenal sebagai pendidikan “berbasis anak”.  Metode dan praktek proses pendidikan ini harus dikembangkan berdasarkan hasil pengamatan terhadap anak. Montessori bertujuan untuk membantu anak menolong dirinya sendiri untuk hidup di tempat dan jamannya masing-masing, serta membantu anak menjadi warga dunia.

Montessori percaya bahwa semua anak, dimanapun ia berada dan kapanpun pada umumnya memiliki karakteristik:

  • Absorbent mind, yakni memiliki otak yang menyerap semua informasi dan belajar dari lingkungan tanpa sadar dengan kecepatan yang tinggi, dan mempengaruhi perkembangan anak di masa yang akan dating. Masa ini terdiri dari dua tahap, tahap tidak sadar (0-3 tahun) dan tahap sadar (3-6 tahun).
  • Melalui periode sensitive yang merupakan periode sementara dalam kehidupan anak dimana anak sangat sensitive terhadap aspek tertentu. Seperti, sensitive period of order (0-3 tahun), sensitive period of language (0-6 tahun), sensitive period of walking (1-4 tahun), sensitive period of the aspects of life (2-4 tahun), sensitive period of small objects (1-2 tahun), sensitive period of learning through senses (0-9 tahun).
  • Ingin belajar, suka meniru, eksplorasi dan adaptasi.
  • Belajar melalui bermain
  • Melalui tahapan perkembangan

Oleh karena itu Montessori meyakini masalah di dunia dapat diselesaikan dengan menjadikan anak sebagai instrument dan cara untuk membuat perubahan. Montessori mengalihkan perhatian kita dan menyatakan bahwa kita semua harus mengerahkan seluruh energy yang kita miliki untuk “… menemukan anak dan mengembangkan potensi besar dari kepribadian manusia dalam kerangka konstruktif (“Discovery of the child”).

*dirangkum dari modul pelatihan saat mengikuti workshop di rumah bermain padi pada tanggal 16-17 April 2016

photogrid_1460902557587

 

Pada tanggal 16-17 April 2016 lalu saya berkesempatan mengikuti workshop montessori yang diadakan di rumah bermain padi bersama bunda Julia Ahmad (London montessori centre – UK  certificate holder).
Workshop dua hari yg betul-betul mencerahkan dan memberi pengetahuan lebih dalam tentang apa itu montessori, dan yg paling saya sukai semuanya diarahkan pada landasan-landasan aqidah dalam agama Islam. Rumah bermain padi sendiri merupakan sekolah montessori bernafaskan Islam.

Pada workshop kemarin bunda Julia menjelaskan bahwa dalam menyampaikan/mengajarkan sesuatu seorang montessorian tidak boleh tergesa-gesa, harus fokus dan konsisten, setiap materi yang ada juga harus disampaikan dengan menggunakan kata-kata positif.
Montessori memandang bahwa masalah di dunia dapat diselesaikan dgn menjadikan anak sebagai “instrument” atau cara untuk membuat perubahan. Bisa dikatakan bahwa, baik praktek membesarkan anak maupun metode pendidikan yg diperjuangkannya semua berbasis pada gagasan pengembangan diri anak.
Hal-hal tersebut sejalan dengan ajaran Islam. Dan sebagaimana Rasullullah SAW yg senantiasa mencontohkan untuk menyayangi dan menghargai anak layaknya manusia dewasa.

Insyaallah penjelasan lebih lengkap mengenai filosofi montessori, stimulasi di area keterampilan hidup dan sensori akan dituangkan di postingan yang lain disertai juga dengan foto-foto dan rekaman presentasi alat-alat peraga, alhamdulillah semuanya sudah atas ijin bunda Julia.

Hampir satu tahun terkahir ini saya senang sekali membuat berbagai mainan untuk putri kecil saya, Nafisa (15 bulan). Awalnya saya hanya membuat mainan-mainan DIY yang mudah dibuat dengan bahan-bahan yang tersedia disekitar saya. Tanpa terlalu memikirkan nilai edukasi dari mainan-mainan tersebut saya terus memberikannya pada Nafisa yang memang selalu antusias terhadap mainan buatan saya.
rabbit from pipe cleaners
lion paper plate
marble run
family diorama
feed the penguin
Belakangan ini saya mulai menyadari bahwa setiap mainan yang kita berikan pada anak baiknya memiliki nilai edukasi, dan sebisa mungkin anak juga diberikan “undangan bermain” yang melibatkan dirinya secara langsung. Anak diharapkan mengikutinya secara sukarela tanpa ada paksaan.

Dari sekian banyak metode bermain sambil belajar yang ada, saya paling menaruh perhatian pada metode Montessori. Mengapa demikian? Karena dalam metode Montessori anak diajarkan untuk lebih mandiri bahkan ketika usianya masih sangat dini, anak diajarkan untuk melakukan berbagai hal dengan benda-beda real yang ada disekitarnya bukan hanya melalui mainan ataupun alat peraga, penggunaan sensorial material sangat ditekankan sehingga anak akan lebih mudah memahami suatu konsep yang diajarkan.

Seiring dengan perkembangan Nafisa, saya mulai memfokuskan agar mainan-mainan DIY yang saya berikan sesuai dengan konep Montessori. Saya mulai lebih sering memberikan “undangan bermain” berupa sensory play. Misalnya aktifitas bermain seperti berikut ini:
sensory tray
Saya menyiapkan sebuah tray yang diisi dengan sereal dan beras kemudian saya tambahkan animal figurine diatasnya. Disini saya menceritakan kepada Nafisa tentang sebuah padang savanna yang dihuni oleh berbagai binatang. Saya biarkan Nafisa menyentuh animal figurinenya satu persatu, dan juga membiarkan ia menyentuh tekstur sereal yang kasar menyerupai pasir dan kerikil di padang savanna. Tidak ada aturan baku dalam metode Montessori. Anak dibiarkan memilih memainkan apa yang ia mau dan selama yang ia inginkan. Tanpa ada batasan waktu.

Selanjutnya saya juga mengenalkan hewan laut dan tekstur halus kenyal melalui sensory bin agar-agar:
jelly sensory bin
Saya membiarkan Nafisa menyentuh tekstur agar-agar yang kenyal dan dingin dan membiarkan indra-indranya bereaksi sambil menceritakan tentang ikan yang hidup di air.
Saya juga mengenalkan Nafisa kepada waterbeads yang memiliki tekstur yang sangat unik dan kerap kali dijadikan bahan utama dalam menciptakan sensory play.
waterbeads
rice n waterbeads sensoryplay
Itulah kira-kira sedikit gambaran mengenai metode Montessori yang saya terapkan pada putri saya, Nafisa. Mengenai sejarah dan penjelasan lebih lanjut mengenai apa itu Montessori, silahkan klik link berikut ini:
http://amshq.org/Montessori-Education/Introduction-to-Montessori
semoga dapat membantu rasa penasaran para ibu terhadap metode ini. Dan teruslah semangat mengajarkan banyak hal kepada anak-anak kita melalui metode terbaik yang kita yakini sedini mungkin.

PS: Kegiatan bermain Nafisa yang lainnya dapat dilihat di Instagram saya https://instagram.com/rinadewiii/ dan jangan lupa di follow juga ya 🙂

imageimageimageimage Well, it’s been ages. Our schedules lately are very very jam-packed coz we have moved in to our new place. *did I say that? New place? Haha. Yes, our own place. And as I write now, I’m on a break from picking out things and arrange my itsy bitsy stuffs. Here are some sneak peeks (*tsaaah) of our new house. I can’t really answer when being asked about the theme of our place. Well, I like shabby chic nuance, thus I opt for dominant blue interior combined with white furnitures. We actually have moved in since few weeks ago, however the unpacking, decorating, organising all that stuffs really take forever. Everything went really slow. But we enjoyed it so much 😀

I’ve been thinking to write this special motherhood experience since few months ago, now finally I got the time.

I gave birth to my baby daughter on 26th February 2014. I didn’t have the drama during that perilous moment, which I formerly afraid of, you know like screaming and scratching along my husband’s hand. I was pretty sagacious for not doing so. Everything was really under control till the time for breast feeding came. I guess every mother knew how hurt it was.

I had the what so called IMD in bahasa Indonesia right after my baby daughter was born. I didn’t have the milk supply yet but I knew I gotta insist on that. Poor me, I didn’t know the right way to do breast feeding (well, I did the internet research on that I just suddenly forgot bout it) so my baby didn’t latch on properly and my nipple burst out. It was amazingly hurt!

Then it came to the 2nd day and my breast milk wasn’t dripping yet, so I decided to give infant formula milk (you couldn’t stand hearing your baby cried out because she’s thirsty). I could finally breast feed my baby on the 6th day, unfortunately it wasn’t enough for her (lately I found that my breast couldn’t produce enough milk for my baby). I was so sad, of course, but thankfully I ‘met’ a very nice woman who managed to become “ibu susu” for my baby. Once in two weeks we had a meet up and I got packs of frozen breast milk to be brought home. So my baby ended up enjoying both my breast milk and her “ibu susu” breast milk.

frozen breast milk from her 'ibu susu'

frozen breast milk from her ‘ibu susu’


We, automatically, became a family. I couldn’t think of any better thing. Not only she is a smart young medical doctor, but she is also a warm hearted mother for all her babies. I do really really love her. We, mothers, know that breast milk is the most precious gift a mother can give to her baby. And God sent her as a blessing. My baby passed the ultimate exclusive breast milk for six month.

As for now, my baby is growing amazingly smart and healthy. She is a happy baby. She has started eating solid food and still get my breast milk thou sometimes I give her formula milk too (in case she needs more).

my own breast milk

my own breast milk


Being a mother is tough, but it is definitely a worth doing job. Nothing can compare with.

Whether you’re casually brushing up on lessons or full-on homeschooling, these activities are so fun your kid will barely realize they’re learning.

1. Organize each day with numbered art bins.

 

Organize each day with numbered art bins.

Keep the supplies for the first lesson in #1 and so on and so forth. It’ll help keep the day on track and things from getting lost. Read the rest of this entry »

fille rêveuse

LORSQUE LES AMANTS SE RETROUVENT LEUR AMOR

Blog Stats

  • 6,253 hits

backpacking to USA

happy...happy... (click here to see the images)

ielsp ohioans fam

Archives?

let’s find out!

May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 16 other subscribers

insta live!

No Instagram images were found.